Kabupaten Talaud mempersiapkan diri dalam rangka tes Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) yang akan berlangsung pada 23-24 April 2021 mendatang. Acara akan digelar secara hibryd yaitu melalui online dan offline.
Hal itu dikatakan oleh Bupati Talaud Elly Engelbert Lasut (E2L). “Berkaitan dengan rencana naker kerja di Jepang yang mendaftar, baik di seluruh Kab Talaud maupun di kantor perwakilan, nanti hari Senin jangan lupa akan dilaksanakan pertemuan daring dengan pihak PT Koba. Mereka yang telah mendaftar akan tatap muka via online,” kata Bupati Elly Lasut.
Ditambahkan oleh Elly bahwa para pelamar akan melakukan tatap muka baik secara online maupun offline, Pukul 14.00 Wita, Senin (29/03/2021) nanti.
Kegiatan tes calon pekerja migran ini adalah Talaud dan Sulut hasil kerjasama Pemkab Talaud, PT Takumi Koba Indonesia dan BP2MI (Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia), terus dilakukan Menurut Elly bagi pelamar yang berada di Talaud akan disiapkan tempat tersendiri sesuai wilayah. Diantaranya di Kabaruan berkumpul di Kantor Camat Mangaran, sedangkan Lirung dan Salibabu di Kantor Camat Lirung.
“Kumpul di aula kantor kecamatan,” katanya Bagi pelamar di Karakelang dan Karatun akan berkumpul di Gemeh. Sedangkan di seputaran ibukota (Melonguane) tempat kumpul di aula BKD di Melonguane. “Setengah dari Karakelang akan dipusatkan di BKD, kumpul hari Senin jam 2,” katanya seperti dikutip dari laman komentaren.net
Sementara bagi pelamar di Kantor Perwakilan Pemkab Talaud di Manado, lanjut Bupati E2L, akan berkumpul di T2 Garden Koha. “Di situ akan hadir PT Koba dan pihak perbankan untuk memberikan penjelasan,” kata Lasut. Menurut Elly keberangkatan calon pekerja migran Indonesia asal Talaud ini akan ke Jepang dan bekerjasama dengan Bank Mandiri, BNI dan Bank Sulutgo. Karena pembiayaan keberangkatan disiapkan oleh bank bagi peserta, sehingga salah satu syaratnya para peserta tidak sedang di-blacklist oleh bank karena memiliki kredit macet atau persoalan lainya dengan perbankan.
Disebutkan bahwa sebelum berangkat para peserta wajib mengikuti pelatihan selama 4 bulan secara online. Empat bulan dilatih dulu, baik Bahasa Jepangnya, soal attitude, etika dan kinerja. Pelatihan akan menggunakan daring. Setelah lulus bekerja di Jepang, karena keberangkatan akan dibiayai bank, maka para naker diharuskan mengembalikan uang yang dibiayai perbankan tersebut setelah bekerja di negeri yang dituju. Diketahui UMR di Jepang berkisar Rp22-27 juta per bulan.
Untuk biaya keberangkatan berkisar Rp25-37 juta. Terkait cara dan mekanisme pengembalian, aku Lasut, masih akan dinegosiasikan dengan pihak bank. Yang pasti kata dia, karena ini dibiayai bank, harus mengikuti ketentuan perbankan, terutama tidak dalam blacklist BI checking. Hal penting lainnya selain skill dan attitude serta soal BI checking, Lasut mengatakan naker yang akan dikirim harus lulus tes kesehatan. “Yang punya penyakit kronis atau paru-paru tidak bisa,” katanya. Dia juga menekankan, agar perilaku setelah bekerja di Jepang harus diperbaiki. “Harus berubah sikap. Yang malas-malas pasti nda lulus,” katanya.